Minggu, 08 Februari 2015

MADEBA 11

Aku tak pernah meminta tercipta, tapi mengapa Engkau menciptakanku? lantas ketika aku tercipta Engkau tumpahkan begitu banyak kewajiban dan setumpuk larangan padahal aku tak pernah meminta diciptakan. Tidak hanya itu saja, Kau pun tak meminta persetujuanku atas dimana aku tercipta, dalam keluarga kaya’kah atau sebaliknya, dalam keluarga seorang pejabat’kah atau dalam lingkungan rakyat jelata. Jikalau boleh memilih antara tercipta dan tidak, mungkin aku akan memilih tidak tercipta. Dengan ketiadaanku aku takkan pernah merasakan sakit, sedih, kekurangan dan sebagainya karena aku adalah nol, tidak ada, tak mampu mendefinisikan apapun dan tak dapat merasakan apapun. Jikalau demikian adanya, masih bolehkah Kau dikatakan adil? Aku terus menerus menghujat diri-Mu atas semua yang kuanggap ‘ketidakadilan’ yang Kau lakukan, hingga suatu malam aku tersadar. Memang Kau menciptakanku di dunia ini tak sedikitpun meminta persetujuan dariku, memang Kau terlihat tak adil dilihat dari sisi ini, tapi aku tak boleh lupa, Kau juga menciptakan tempat tujuan berikutnya yang ditentukan oleh keputusanku sendiri, Kau menyebutnya akhirat. Kau memberi kebebasan kepadaku untuk masuk satu di antara dua pintu, pintu kenikmatan atau pintu kesakitan. Engkau Tuhan yang pada permulaan penciptaanku tak memberikan pilihan, namun setelah penciptaanku memberikan pilihan sepenuhnya kepadaku untuk memilih keputusan yang kukehendaki, mungkin inilah alasan mengapa aku harus meyakini engkau benar-benar adil dalam segala aspek kehidupan. Aku melihat dari sudut ini, mungkin berbeda dengan ciptaan-Mu yang lain.
MADEBA 10

Sering sekali manusia mengatakan bahwa sesuatu ini tak logis, tak masuk akal dan semacamnya, terlebih di dalam lingkungan akademisi yang cenderung menyandarkan segala urusan pada akal. Tetapi pernahkah terlintas dalam benak, mungkin saja sesuatu yang dianggap tidak logis oleh akal pikiran manusia adalah logis bagi tipe akal pikiran lain karena mungkin saja akal pikiran manusia adalah satu dari sekian banyak perangkat proses yang mungkin diciptakan Tuhan. Terkadang manusia merasa bahwa seluruh sistem alam semesta berjalan atas dasar akal pikiran manusia padahal mungkin saja tidak demikian. Mungkin akal pikiran manusia boleh saja menafsirkan fenomena jatuhnya benda ke bumi adalah sebagai fenomena gravitasi dengan rumusan F=mg padahal bisa saja terdapat perangkat proses lain yang menafsirkan jatuhnya benda ke bumi dengan hasil yang samasekali berbeda dengan yang ditunjukkan oleh perangkat proses yang dimiliki manusia, sehingga pada akhirnya sesuatu yang dikatakan tidak logis oleh akal pikiran manusia bisa saja merupakan hal yang sangat ‘logis’ bagi perangkat proses yang lain. Dengan berpikir demikian dapat dimengerti bahwa boleh saja sifat-sifat ketuhanan yang tertulis dalam kitab suci tidak logis menurut akal pikiran manusia contohnya sifat beranak dan tidak diperanakkan, tetapi bisa saja sifat itu memiliki hasil ‘sangat logis’ menurut perangkat proses lain karena mungkin saja perangkat proses yang dimiliki manusia hanyalah satu dari sekian perangkat proses yang mungkin diciptakan Tuhan.